Tertinggal di Bus

TERTINGGAL DI BUS
Rcvd fr. Janni Tio
Edited by GC

Di suatu senja tatkala matahari mulai condong ke ufuk barat, sebuah bis yg sarat penumpang tampak melaju dgn kecepatan sedang. Kebanyakan org di dalamnya dlm kondisi senang.

Si sopir sdh di akhir tugasnya stlh sepanjang hari menyetir. Para penumpang menuju ke rumah stlh bekerja seharian.

Di sbh tempat perberhentian, naiklah se-org wanita muda. sejak naik & di sepanjang perjalanan, sampai turun kembali dlm perjalanan yg tdk terlalu lama, semua gerak gerik & tingkah lakunya membuat seisi bus mengernyitkan kening.

Wanita tsb menjejakkan kakinya dengan keras sewaktu menaiki tangga bis, mengoceh secara kasar karena kakinya hampir tersandung kaki penumpang lain, mengumpat karena tempat duduk kosong adanya di belakang. Setelah duduk, dia berbicara di telepon dgn keras.

Mungkin hari tsb buruk baginya karena ganjalan persoalan hidup ataukah memang seperti itulah caranya mengisi hari.

Walaupun terganggu, seisi bis tdk membiarkan tingkah polah wanita tsb merusak suasana baik yg ada. Untunglah dia tdk naik terlalu lama.

Sebelum wanita tsb menjejakkan kakinya dari tangga terakhir bis ke tanah, sopir yg sdh berumur berkata, ”Bu, saya rasa ada yg ketinggalan.”

Dengan kaget, wanita tsb menoleh & menukas cepat, ”Oh, apa ya?”. Mungkin dia kuatir ada barang berharganya yg ketinggalan.

Dgn tersenyum, sopir melanjutkan, ”Semua sampah kejengkelan & kemarahan anda, masih tertinggal di dlm bis. Silakan diambil kembali semuanya karena kami tdk memerlukannya.”

Semuanya tersenyum termasuk si wanita. Bedanya, jika seisi bis tersenyum geli maka si wanita tersenyum kecut karena malu.

Hati2lah dlm menjalani kehidupan ini spy kita tdk ’meninggalkan’ yg buruk2. Jika tdk ada yg mau menerimanya (baca: melayani) maka kita sendiri yg hrs ’mengambilnya’ kembali.

"The best fighter is never angry". - Lao Tzu

Hv a GREAT Monday! GC

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Tertinggal di Bus"

Post a Comment