Marah yang baik

Marah itu baik, jika dilakukan dengan tepat. Tapi marah menjadi tidak baik jika dilakukan tidak pada tempatnya.   Contohnya, kemarahan Ibu Risma di Surabaya, menghasilkan banyak perbaikan. Tapi pemimpin lain yang sering marah tidak pada tempatnya, malah tidak punya wibawa sama sekali. Kalau pemimpin yang kelemar-kelemer, gak bisa marah? Diremehkan anak buah.   Kemarahan juga mesti jelas kemana arahnya. Marah yang tidak jelas, hanya menghasilkan permusuhan. Anda akan terima dimarahi orang jika jelas masalahnya, kan?   Tapi Anda tidak akan terima jika tanpa penyebab yang jelas seseorang memarahi Anda. Bahkan Anda bisa mengira jika orang itu sedang setress. Atau kurang waras.   Kita, tidak kekurangan contoh nyata kok untuk marah pada tempatnya. Bu Tri Rismaharini dan Pak Ridwan Kamil adalah contoh figur zaman sekarang yang bisa memanfaatkan energi marah. Bung Karno menggunakannya untuk menegakkan wibawa negara di mata dunia.   Kalau pun ada tokoh publik yang suka marah-marah sambil mengumbar kata-kata kotor dari mulutnya, ya jangan figur seperti itu dong yang dicontohnya. Karena kata-kata kita, merupakan gambaran dari jiwa kita.   Semakin bersih jiwa kita, semakin baik kosa kata yang kita gunakan. Dan sebaliknya. Bahkan, jiwa kita bisa semakin bersih, jika semakin banyak kata-kata bersih yang kita ucapkan.   Salam hormat, Mari Berbagi Semangat! DEKA – Dadang Kadarusman   Author, Trainer, and Public Speaker Ingin tahu potensi bisnis Apple Stem Cell? Kunjungi link ini: http://www.dadangkadarusman.com/apple-stem-cell-biogreen-science/

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Marah yang baik"

Post a Comment