Mendidik anak buah

Kita sudah paham bahwa mendidik atau melatih anak buah hingga terampil adalah tanggung jawab atasan.
 
"Iya sih Dang. Tapi sudah cape-cape ngajarin malah mereka pada pergi..." Demikian seorang atasan beralasan.
 
Begitu, kalau mendidik mereka semata-mata untuk kepentingan diri kita sendiri. Kita bakal nyesek. Tapi, kalau itu dilakukan sebagai bagian dari proses mengasah kemampuan kita untuk menjadi 'people builder', akan beda efeknya.
 
Kita bakal senang jika anak buah yang kita didik itu 'laku' dimata leader lain. Bukannya kita tahan-tahan mereka, malah justru kita dorong untuk menjadi pribadi pilihan.
 
Kesulitan ketika anak buah yang bagus pergi, terjadi bukan karena kepergiannya. Tapi karena lalai untuk mengantisipasi kepergian semacam itu.
 
Yang namanya antisipasi itu bukan menahan mereka supaya tetap tinggal. Melainkan punya plan yang jelas jika hal itu terjadi.
 
Atasan yang membiasakan dirinya menjadi people builder malah sengaja 'menawarkan' anak buahnya kepada para leader lain.
 
Kok dia berani begitu? Karena anak buahnya yang lain juga dia kembangkan dengan baik. Sehingga kekekuatan unit kerjanya tidak tergantung pada hanya satu atau dua individu.
 
Ketika anak buahnya pergi,  sang atasan merekrut bibit baru yang memiliki potensi bagus untuk dididiknya dari awal lagi.
 
Atasan seperti itu, punya reputasi bagus. Dimata orang lain. Dimata menejmen. Maupun dimata anak buahnya. Anda, sudah seperti itu?
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman  
Author, Trainer, and Public Speaker
Mesin air RO (Reverse Osmosis) skala rumah tangga membuat air sumur/pam bisa langsung diminum tanpa dimasak. Praktis, ekonomis, higienis. Sudah punya? Hanya Rp. 2,5jt (normal Rp.2,75jt) sdh termasuk instalasi Jabotabek.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Mendidik anak buah"

Post a Comment