Pemimpin bertanggung jawab

Apakah menjadi pimpinan itu lebih enak dibandingkan menjadi staff? Idealnya iya. Kenyataannya, tidak selalu begitu. Faktanya, banyak orang yang semakin tidak bisa menikmati kehidupan profesionalnya justru ketika karirnya semakin menanjak naik. 

Dalam aspek finansial, mungkin iya. Tapi bukankah hidup tidak semata-mata soal uang? Contoh yang banyak terjadi adalah: semakin tinggi jabatan seseorang, semakin terpenjara dia dalam jeruji pekerjaan. Semakin menanjak karirnya, semakin tenggelam dalam lautan pekerjaan yang nyaris tidak ada habisnya. Lantas, apakah atasan mesti mengalami situasi demikian? Tidak. Mesti membiarkan anak buahnya kerja keras? Ya nggak begitu juga. 

Pahamilah: perkembangan karir, diimbangi dengan pergeseran porsi fungsi strategis dan teknis. Dengan begitu, maka bakal terhindar terjadinya keruwetan penugasan. Masalahnya, kebanyakan orang yang sudah naik jabatan itu masih tetap bermain di wilayah teknis. Dan meninggalkan fungsi strategisnya. 

Tapi kan atasan bertanggungjawab atas penyelesaian setiap pekerjaannya? Iya. Lalu apa arti 'Bertanggungjawab' itu? Membackup ketidakmampuan teknis anak buahnya? Bukan. Itulah sebabnya, mengapa setiap pimpinan wajib mendidik, melatih dan mengembangkan anak buahnya. Supaya mereka mampu mensupport terlaksananya seluruh aspek pekerjaan yang menjadi tanggungjawab pimpinan. 

Kebayang kan betapa capenya atasan jika anak buahnya pada blo'on. Kebayang juga betapa enaknya atasan yang anak buahnya pada keren. Itu loh yang menentukan apakah seorang pemimpin bisa menikmati jabatannya atau tidak. Anda, mau menikmati jabatan itu? Jika iya; didik, latih, dan kembangkan anak buah Anda. Bisa dilakukan oleh Anda sendiri. Atau berkolaborasi dengan orang yang memang ahli dibidangnya. Kelak, Anda bakal menikmati hasilnya.

Salam hormat,Mari Berbagi Semangat!

DEKA – Dadang Kadarusman  Author, Trainer, and Public Speaker

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pemimpin bertanggung jawab"

Post a Comment