Hati nurani yang buram

HATI NURANI YG BURAM
Rcvd frr Harmanto Haroen
Edited by GC Aug 4, 2015

Suatu pagi walikota Bandung, Kang Emil (Ridwan Kamil), mengajak keluarganya keluar dari pendopo menuju alun2 Bandung. Maksudnya mau bebersih lapangan alun2 yg pasti kotor sisa acara malam sebelumnya.       

Dgn semangat '45 kang Emil dan keluarganya memunguti sampah. Dlm hatinya, dia yakin kalau dia lakukan itu, maka ratusan org masyarakat yg ada di sana akan ikut melakukan hal yg sama. Tapi apa yg terjadi ?

Kang Emil bertepuk sebelah tangan. Bukannya ikut membantu, sebagain besar masyarakat malah menonton sambil berdecak kagum, "hebat ya walikota kita mah rajin banget".         

Sebagian besar remaja & ibu2 mendekati, tapi bukan utk membantu, melainkan meminta berfoto bersama!

Dari kejadian itu kita perlu mempertanyakan statement yg mengatakan bahwa kita krisis keteladanan. Sepertinya kita sekarang tak kurang utk urusan teladan. Dari buku2 kisah teladan yg ber-jilid2, sosok2 inspiratif Kick Andy yg muncul setiap minggu, hingga pemimpin2 muda yg bermunculan bak cendawan di musim duren.

Yg jadi masalah adalah bagaimana mendidik masyarakat, warga, dan diri kita utk meneladaninya.

Sebab sesungguhnya yg menjadi akar masalah ini adalah HATI NURANI yg BURAM. Hati nurani yg tdk sadar atau tdk bisa melihat bhw bersih itu indah. Hati nurani yg tdk melihat bhw membuang sampah sekecil apa pun yg tdk pada tempatnya membuat diri kita tercemar & malu.

Wajah lingkungan kita adalah wajah kepribadian kita, membiarkan lingkungan kita kotor & kumuh mencerminkan kepribadian kita yg mempunyai hati nurani yg buram.

"There is a higher court than courts of justice and that is the court of conscience. It supercedes all other courts." Mahatma Gandhi

Have a GREAT day! GC

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Hati nurani yang buram"

Post a Comment